"Kriiiiiiiing" bel pulang sekolah berbunyi. Riuh ramainya sekolah di jam 13.30 pun tak terelakkan. Usai sudah perjuangan menahan kantuk sekaligus mempetahankan konsentrasi tingkat tinggi. Waktunya berpisah sementara waktu dengan teman sebangku kesayangan. Menanggalkan atribut putih biru dongker selama 16 jam.
Betapa lekatnya kenangan 10 tahun silam itu, tak lekang dimakan masa. Ataukah saat ini keadaan di sekolah tercintaku dulu masih sama? Tak sengaja di pagi ini, dalam perjalanan ke kantor kulihat guru SMP-ku melintas di hadapanku. Rambutnya kini memutih, terlihat pula goresan usia wajahnya. "Apa kabar Bu Guru?Ingatkah engkau padaku, gadis mungil yang dekil dulu itu dibimbingmu dengan penuh kasih sayang." Masa memang berlalu, tetapi jasa para guru tidak akan pernah pupus.Sekolahku pun telah lebih gagah, indah dan kokoh. Namun kenangannya akan selalu ada di hati.
Kini masa itu dialami oleh adik semata wayangku, Hudza. Sekarang ia duduk di kelas VIII (kalau zamanku dulu kelas 2 SMP). Dia cukup aktif di sekolahnya. Berbagai perlombaan diikutinya dan beberapa kali pulang membawa pialanya. Prestasi yang tergolong bagus untuk kegiatan nonakademisnya.
Adikku sekolah di Ahmad Dahlan Boarding School sehingga dia jarang pulang. Ketika ia libur beberapa hari, dibawanya tugas-tugas alias "PR" di rangselnya. Dengan rasa penasaran "Adikku ini sekolah belajar apa sih?" kubuka tas hitamnya. Mulai dari buku pertama "Bahasa Indonesia Kelas VIII semester gasal" mataku tertuju pada beberapa kata "homonim, homograf, homofon" dan secara otomatis sistem ingatan berputar arah ke 10 tahun silam, mencari berkas-berkas yang tersimpan di sentral dokumen dalam otak untuk sekedar menerjemahkan tiga kata itu. Lalu apa yang terjadi? Ya Allah, data itu sudah bergeser ke "Recycle Bin" itu pun sama-samar kuingat. Hmmm homo sama....nim....hmmm...arti......graf...hmmm...huruf..... fon.....bunyi! Voala!!!!!setidaknya beberapa menit berjuang menemukan data itu di dalam otak. Kubalik halaman demi halaman lagi dan terhenti pada kata majas. Ya! tentulah aku ingat kalau ini! Kupandangi atap kamar, aku coba mengingatnya satu per satu personifikasi, metafora, alegori, ironi, totem pro parte hmmmm ya hanya itu yang aku ingat dan untuk mencontohkan tiap-tiap majas itu dalam satu kalimat pun cukup menguras energi. Kututup buku itu dengan menghela napas. Bahasa Indonesia saja aku tak bisa mengingatnya dengan baik. Lalu bagaimana dengan matematika? Aku pun makin penasaran. Kucari buku itu dalam tasnya dan tentu saja mata pelajaran ini tak luput dijadikan PR. Kutatap lekat-lekat buku matematika yang sudah ada di tanganku. "Aku masih bisa mengingatnya kah? kalimat yang tersirat di dalam lubuh hati terdalam. Persamaan, pertidaksamaan, gradien dan beberapa rumusnya cukup membuatku pusing kepala. Ini baru pelajaran SMP lalu bagaimana dengan materi matematika SMA? Invers, turunan, peluang. Hanya bisa menggigit jari memandang simbol-simbol yang sama sekali tak aku ingat artinya. Mungkin ini rasanya jadi orang buta huruf, melihat tulisan tetapi tak mengerti maknanya.
10 tahun benar-benar mengubah segalanya. Sistem otak mungkin saja menyimpan hal-hal yang jarang sekali diingat di posisi terbawah, tertumpuk dengan ingatan-ingatan baru. Untuk kembali mengingatnya, kita perlu membaca ulang dan mencoba berlatih kembali. Nilai di SKHUN (Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional) tidak lagi menjadi parameter bisa atau tidaknya mengerjakan soal-soal SMP setelah 10 tahun berlalu.
Tak lagi duduk di bangku sekolah bukan alasan untuk tidak kembali belajar. Selamanya ilmu itu akan terus dibutuhkan meskipun tak sebanyak saat masih sekolah. Setidaknya dengan membaca ulang, kita bisa membantu adik-adik kita dalam mengerjakan tugasnya. Tidak ada yang sia-sia apa yang diajarkan guru saat itu karna sebagai wanita pun kita akan menjadi guru di rumah. Selamat mencoba mengingat kembali :)
Kamis, 30 Oktober 2014
Minggu, 28 September 2014
Mengukir namanya
Seberapa lama akan menatap
selembar kertas putih tanpa ada segores pena pun yang terlihat. Terpaku di
awang-awang keraguan. Hanya untuk menentukan 1 pilihan, kenapa tak
semudah memilih dress pestamu? Urusan hidup ke depan? Bukannya telah dikuatkan
dalam surat An-Nur:32? Bahwa kita boleh memilih siapa saja bahkan hamba sayaha
untuk disandingkan dengan sesempurna apapun. Bukankah pintu rezekimu akan
dibuka di kala ia menukarkan janji dengan tanggung jawab sepenuhnya kepadamu?
Menulis namanya saja begitu mendebarkan jiwa.
Takut pada masa depan. Jika kamu
dengan si A, maka kehormatanmu dijunjung tinggi, jika kamu dengan si B, maka
kesusahan yang kamu dapat. Kenapa berpikir seberat namun sepicik itu? Bukankan
Allah Maha membolakbalikkan? Bukankan kamu tak bisa membaca takdir? Bukankah
hanya takwa yang mampu mengalahkan segalanya? Perlu penilaian kembali atas
kuasa-Nya.
Orang tua yang berbeda sosialnya.
Merinding melihat kilauan berlian di tangan calon mertua A? Tergiur dengan
mobil keluaran terbaru mereka? Atau justru simpati pada upaya calon metua B
untuk bertahan hidup? Semua ada masanya. Kamu belum apa-apa. Untuk memulai
hidup baru sepertinya perlu berkaca diri bahwa lebih indah jika berprinsip
“Inilah aku jika tanpa fasilitas dari mereka, semuanya bermula dari titik 0,
bahwa inilah kehidupan baru yang akan aku jalani hanya berdua saja.” Mereka
akan menyerahkan segala tanggung jawab “memfasilitasimu” kepada si dia. Mau tak
mau semuanya berawal dari sehelai baju yang kamu punya untuk memiliki segalanya
bersama dia. Amiin
Berbeda suku. Si A, kulitnya
kuning rupawan karna dia dari sunda. Si B hitam legam berambut keriting dari
ujung timur sana. Bukannya menarik jika generasimu jadi lebih berwarna? Atau
ada mitos suku A tak boleh dengan suku B. Wah kalau seperti itu bosan juga ya
tidak ada pengembangan suku di keluarga dari buyut sampai cucu.
Sudahlah pasrahkan saja pada
takdirnya, agar tak jadi kalut, beristikharahlah. Pilihan-Nya jauh lebih indah
dari yang lain. Tak perlu risau dengan bisikan orang lain yang mengiris hati.
Mereka tak tahu apa yang sebenarnya terjadi dan hanya kamu yang akan menjalani
suka dukanya. Pelajarilah pada saatnya pilihan itu akan segera mengerucut. Hingga
akhirnya kertas di tanganmu akan tertulis jelas namanya.
Senin, 01 September 2014
Pengolahan Linen Rumah Sakit
Setahun belakangan saya bekerja di sebuah Rumah Sakit Pemerintah di Kota Tegal, khususnya di bagian Laundry Linen Rumah Sakit sebagai administrator. Semakin hari saya semakin paham betul betapa pentingnya menjaga kualitas dan kuantitas linen pada rumah sakit, meskipun saya hanya mempelajarinya di bangku formal sekitar 1 semester pada pendidikan diploma di Poltekes Kemenkes Semarang jurusan Kesehatan Lingkungan. Dan siapa yang menyangka saya akan terjun ke dunia linen setelah saya menyelesaikan program S1 saya dengan peminatan Epidemiologi. Namun, pada program S1 baik dari SMA maupun D3 seperti saya, tidak diajarkan mengenai linen, dan tak jarang kawan pun bertanya apa itu linen. Okay, saya sedikit share tentang pengolahan linen di rumah sakit.
Pertama yang jadi pertanyaan dalam bahasan utama kali ini, apa itu linen? Linen adalah bahan / kain yang digunakan di rumah sakit untuk kebutuhan
pembungkus kasur, bantal, guling, selimut, baju petugas, baju pasien dan alat instrument steril lainnya. Jenis kain yang banyak digunakan seperti katun jepang, drill, flanel, bahan anti air dan anti bakteri dll. Peran linen sangat penting, jangan anggap remeh, kebayang kan kalau kita dirawat di rumah sakit tanpa sprei dan kawan-kawan? rumah sakit bisa didemo!! Linen juga mampu meningkatkan nilai jual ruangan, tentu saja pemilihan dan perlakuan bahan linen antara kelas 1, 2, 3 vip maupun vvip jelas berbeda.
Jenis linen menurut kontaminasinya ada 2 yaitu linen infeksius dan linen non infeksius. Linen infeksius adalah linen yang terkena cairan tubuh pasien seperti feses, muntahan, darah, dan air seni. Linen non infeksius adalah linen yang tidak terkena cairan tubuh manusia. Menurut nodanya, linen terbagi menjadi 3, linen noda berat, sedang dan ringan.
Pengolahan linen ini harus dilakukan dengan hati-hati, untuk mencegah infeksi nosokomial. Lalu apa itu infeksi nosokomial? Infeksi
adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai
suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama
seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala
selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi
nosokomial. Bisa juga terjadi pada pasien ke pengunjung, pasien ke petugas rumah sakit atau sebaliknya. Infeksi
nosokomial’ adalah infeksi yang terdapat dalam sarana kesehatan. Sebetulnya
rumah sakit memang sumber penyakit! Di negara maju pun, infeksi yang didapat
dalam rumah sakit terjadi dengan angka yang cukup tinggi. Misalnya, di AS, ada
20.000 kematian setiap tahun akibat infeksi nosokomial. Di seluruh dunia, 10
persen pasien rawat inap di rumah sakit mengalami infeksi yang baru selama
dirawat – 1,4 juta infeksi setiap tahun. Di Indonesia, penelitian yang
dilakukan di 11 rumah sakit di DKI Jakarta pada 2004 menunjukkan bahwa 9,8
persen pasien rawat inap mendapat infeksi yang baru selama dirawat
Untuk mencegah infeksi nosokomial (inos) melalui linen, maka harus dilakukan perlakuan tepat dalam proses pengolahan linen. Pengumpulan linen tentunya akan berbeda antara linen infeksius dan linen non infeksius. Biasanya dari ruangan linen non infeksius ditempatkan pada ember berwarna kuning. Sedangkan linen non infeksius ditampung pada ember berwarna hijau/biru untuk dipisahkan seterusnya hingga proses pengangkutan. Jadi perlu diingat bahwa pemisahan linen ini perlu dilakukan sejak dari ruangan. Bukan petugas linen yang harus membongkar ember untuk memilah mana linen infeksius dan non infeksius. Sepele memang, mungkin petugas ruangan memasrahkan semua proses pengolahannya pada laundry, tapi demi meminimalisir risiko, tak apa lah petugas ruangan repot sedikit. Dan untuk terkontrolnya jumlah linen yang diolah, maka mulai dari sini pelu pencatatan ruangan menyerahkan jenis linen kotor apa saja dan jumlahnya berapa.
Pada proses pengangkutan, keamanan petugas tentunya dimulai dari sini, petugas harus memakai Alat Pelindung Diri (APD) yang lengkap seperti topi, masker, sepatu boat, sarung tangan, scort atau celemek. Nah disini lah peran petugas laundry dimulai dengan berbagai upaya menghindari hazard. Proses ini pun membutuhkan alat angkut linen khusus yang tertutup, meminimalisir terjadinya kontak dengan udara luar karena udara merupakan media yang sangat baik untuk penularan penyakit. Jadi mohon dibedakan troli untuk linen kotor dan linen bersihnya.
Setelah "harta karun" ini sampai di ruang laundry, proses selanjutnya adalah penimbangan dan pemilahan. Kalau penimbangan cukup jelas ya tujuannya mengetahui berat linen yang diolah dari tiap ruangan. Pemilahan linen bertujuan untuk memisahkan antara linen noda berat dan noda ringan serta membuang semua sampah yang melekat pada linen seperti kain kasa, jarum, plester, kotoran dll. Ngeri ya...setiap hari petugas laundry berhadapan dengan agent, tentu saja dalam proses ini juga petugas harus memakai APD lengkap.
Proses selanjutnya adalah Pre treatment untuk linen infeksius. Karena keterbatasan alat, maka proses ini masih dilakukan dengan cara manual. Linen yang bernoda disikat dengan bantuan cairan penghilang noda sekaligus desinfektan. Cairan ini terasa panas bila kontak dengan kulit namun efektif untuk menghilangkan noda membandel. Jadi APD nya masih harus dipakai ya... Pada proses ini terkadang memerlukan air panas untuk desinfeksi berikutnya.
Setelah itu, linen dicuci. Pada proses inilah linen infeksius yang telah lulus pre treatment dan noninfeksius boleh dipertemukan. Yaaeey!!!Untuk menghemat waktu, karena mesin juga terbatas maka pencucian dilakukan baik dengan cara manual maupun dengan alat mesin cuci.Tahap ini dilakukan tidak jauh beda dengan proses pencucian di rumah dari pemberian deterjen hingga pemberian cairan pewangi pakaian. APD tetap harus melekat pada tubuh petugas. Tempat mesin cuci juga harus bersih dan terhindar dari kontaminasi.
Cerita proses selanjutnya mulai dari pengeringan besok-besok lagi yaaa :))
Cerita proses selanjutnya mulai dari pengeringan besok-besok lagi yaaa :))
Sabtu, 23 Agustus 2014
Mengerikannya Ebola
Akhir-akhir ini begitu seringnya kita mendengar berita tentang ebola baik di media massa dan elektronik. Apa sih sebenarnya ebola itu? Sebahaya apakah virus ini? Mari kita pelajari bersama sedikit pengetahuan mengenai ebola.
1. Virus Ebola
Ebola adalah virus Ebolavirus (EBOV), genus virus dan penyakit demam hemorrhagic Ebola
(EHF), virus demam hemorrhagic (VHF). Terdapat empat spesies yang
diakui dalam ebolavirus genus, yang memiliki nomor strain tertentu. ''
Zaire virus'' adalah spesies tipenya, yang juga yang pertama ditemukan
dan paling mematikan. Micrographs elektron menunjukkan panjang filamen,
karakteristik keluarga virus Filoviridae. Virus mengganggu pada sel-sel
endotel yang lapisan permukaan interior pembuluh darah dan kaskade.
Sebagai dinding pembuluh darah yang rusak dan platelet mampu
mengentalkan, pasien menyerah hypovolemic shock. Ebola ditularkan
melalui cairan-cairan tubuh. Eksposur kulit dan conjunctiva juga dapat
menyebabkan untuk transmisi, tetapi untuk tingkat yang lebih rendah.
Ebola pertama muncul pada tahun 1976 di Zaire. Itu, bagaimanapun, tetap
sebagian besar tidak jelas sampai 1989 dengan wabah luas dipublikasikan
di Reston.
2. Etimologi
Virus ini pertama kali ditemukan di Kongo (dulu Zaire) pada tahun 1976 di sebuah rumah sakit yang dijalankan Biarawati Belanda. Sejak petama kali ditemukan, virus ini termasuk virus yang mematikan baik pada manusia maupun hewan perimata. Bahkan ketika itu WHO mencatat 1985 kasus dengan kematian 1200 orang.
3.Penelusuran Reservoir Alami
Antara tahun 1876 dan 1988 sedikitnya 30.000 mamalia, burung, reptil, amphibi dan anthropoda, virus ebola hanya ditemukan pada tikus dan berang-berang. Pada tahun 2001-2003 virus ini ditemukan juga pada bangkai jenis perimata, namun karena pada jenis ini juga kematiannya tinggi, maka mereka tidak mungkin menjadi resevoir. Kasus yang terjadi pada tahun 1976 dan 1979 virus ini menyerang pekerja pabrik di mana di dalamnya terapat kelelawar.Begitu pula kasus yang terjadi pada tahun 1975 dan 1980. Dalam sebuah survei 2002-2005 diambil sampel 679 ekor kelelawar dan diantaranya 13 ekor mengandung RNA virus ebola. Pada tahun 2005, tiga spesies kelelawar ('' Hypsignathus monstrosus'',
'' Epomops franqueti'' dan '' Myonycteris torquata'') telah
diidentifikasi sebagai membawa virus tetap asimtomatik. Karena kematian pada spesies ini rendah maka mereka diyakini
menjadi reservoir alami virus ebola.
4.Penyebaran
a. Host baru akan tertular dengan cara kontak dengan darah maupun sekresi penderita dengan masa inkubasi(tanpa gejala) 5-10 hari.
b. Host baru akan tertular dengan cara kontak dengan benda yang terkontaminsi dengan penderita.
c. Infeksi nosokomial (infeksi yang terjadi dari pasien ke petugas kesehatan, dari pasien ke pengunjung ataupun dari pengunjung ke pasien dan atau ke petugas kesehatan pada klinik maupun ruah sakit)
d. Dapat terjadi infeksi apabila petugas kesehatan dan pasien tidak menggunakan sarung tangan atau masker
5. Gejala Penyakit Ebola
a. Demam disertai perdarahan
b. Sakit kepala
c. Sakit sekitar persendian dan otot
d. Sakit tenggorokan dan tubuh lemah
e. Diare, sakit perut dan muntah
f. Nyeri pada mata, takut pada cahaya, mata merah, kemampuan melihat berkurang
g. Perdarahan pada mata
h. Sering tersedak
5. Ebola dalam tubuh manusia
a. Pada hari ke-3 virus ebola mulai memperbanyak diri dan menyerang darah. Sel darah yang mati akan menyumbat kapiler darah sehingga kulit nampak memar, melepuh bahkan seperti kertas basah.
b. Pada hari ke-6 darah akan keluar dari hidung, mata dan telinga. Selain itu akan keluar cairan hitam yang merupakan jaringan tubuh yang hancur.
c. Penderita bisanya meninggal pada hari ke-9
6. Vaksinasi Ebola
90 persen kasus penyakit yang diakibatkan virus Ebola berakhir dengan
kematian. Hingga kini para pakar kesehatan belum berhasil menemukan obat
atau vaksinasi yang ampuh. Penyakit
ini khususnya ditemukan di desa-desa terpencil di kawasan Afrika Tengah
dan Barat, terutama di Republik Demokratik Kongo, Republik Kongo,
Sudan, Gabun, Pantai Gading, Uganda, dan kini di Guinea. Menurut data terbaru dari WHO, penyakit Ebola menginfeksi 1848 orang dan menyebabkan 1013 kematian sejak awal tahun ini. Selain tidak kontak langsung dengan penderita, tidak bepergian ke negara endemik ebola, studi kasus terus dilakukan untuk pencegahan penyakit mematikan ini termasuk vaksin ZMapp yang diproduksi oleh Mapp Biopharmaceutical Inc, San Diego, Amerika
Serikat. Meski obat ini dinilai potensial untuk mengobati Ebola, ZMapp
belum pernah diujikan secara klinis pada manusia. GlaxoSmithKline (GSK) telah memproduksi vaksin eksperimental dengan
hasil menjanjikan dalam penelitian yang melibatkan primata. Kini studi
itu memasuki Fase pertama uji coba pada manusia yang masih menunggu
persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA).
Sabtu, 16 Agustus 2014
Malam Tirakatan
Entah ini berlaku untuk semua kalangan atau hanya di daerah tertentu. Terkadang saya menganggap ini adalah sebuah ungkapan rasa syukur atas kembalinya kita bisa berkumpul di malam 17 Agustus.Sore tadi ibu-ibu berkumpul untuk memasak berbagai menu. Riuh kebersamaan yang tak biasa terdengar setiap hari. Lalu bagaimana dengan aktivitas bapak-bapak di malam tirakatan? Memastikan umbul-umbul terpasang sempurna serta menyiapkan berbagai keperluan untuk lomba esok hari.
Malam ini jalanan begitu padat sekelompok orang menyalakan obor menyuarakan lagu kemerdekaan. Begitu bersemangatnya hingga rasa lelah pun terelakkan bergantikan dengan tawa bahagia. Berpindah tepat di seberang jalan rombongan pembawa obor itu, saya memusatkan pandangan pada masjid ramai tak seperti biasanya. Perkumpulan pria usia senja yang berdoa bersama, jauh dari hingar bingar persiapan perayaan kemerdekaan. Tersirat di benak saya bahwa merekalah sebetulnya yang benar-benar merasakan atmosfer kemerdekaan sesungguhnya. Mereka jelas paham betul apa makna merdeka itu, meskipun mereka tak mampu lagi untuk mengikuti lomba balap karung.
Saya masih memperhatikan jalanan di malam minggu ini. Ternyata banyak juga yang tidak memperdulikan makna malam ini. Gurauan beberapa pemuda pemudi di lampu merah, tawanya begitu jelas memecah suara deru kendaraan. Gas ditariknya maksimal. Mereka mengarah ke kedai kopi, rupanya mereka sengaja berkumpul entah apa yang dibicarakan, saya hanya melihat kepulan asap rokok. Saya menghela napas dan kembali menjelajah dan ada pemandangan berbeda, saya mengerutkan dahi, meyakinkan kali ini saya tidak salah lihat. Taman Makam Pahlawan dihiasi karangan bunga. Betapa bekali-kali ingin rasanya berkata pada empunya makam "Tuan, terima kasih apapun yang telah kalian korbankan untuk kami, telah membuahkan hasil, seberapapun signifikansinya. Tuan, lihatlah, anak-anak tak lagi beradu dengan senapan penjajah saat mereka bermain. Andaikan Tuan masih mampu menyaksikan kami, betapa deras air mata bahagia yang menghiasi wajah tulusmu.
Saya kembali pulang. Gardu RT telah gagah berdiri menyambutku. Bendera plastik menjuntai bermeter-meter sejauh mata memandang. Di rumah ketua RT, tepat di depan rumah, beberapa kaum ibu menyerahkan setumpuk bingkisan, sedangkan bapak-bapak menyiapkan perlengkapan lomba. Saya pun membayangkannya esok kan menjadi hari yang penuh suka cita.
Saya memasuki ruang santai, televisi menyiarkan berita korupsi, eksploitasi sumber daya alam berlebihan di mana-mana. Sekejap saya berpikir kembali terlepas dari penting tidaknya acara ini digelar dengan berbagai kemeriahan lomba, pernahkah terlintas "aku sudah berbuat apa untuk negaraku" Negeri telah memberikan kita tempat bernaung, mengais rezeki dari kekayaan bumi. Pernahkah batin berteriak "Apakah aku telah memelihara negaraku, mensucikan merah putih dalam sanubari dengan tak berbuat hal tercela untuk bangsa dan negara?" Bukankah seharusnya kita semestinya menjaga apa yang telah diwariskan, menjaga dan mengoptimalkan potensi dengan bijak sebagai rasa syukur yang nyata? Ya, nyatanya kita butuh pendewasaan lagi untuk betul-betul memaknai kemerdekaan hingga 69 tahun ini.
Dirgahayu Indonesiaku, Jayalah Negeriku!Semoga bangsa ini menjadi bangsa yang lebih cerdas, mandiri, dan kembali berkepribadian Pancasila. Amiiin...ini doa saya di malam tirakatan.
Malam ini jalanan begitu padat sekelompok orang menyalakan obor menyuarakan lagu kemerdekaan. Begitu bersemangatnya hingga rasa lelah pun terelakkan bergantikan dengan tawa bahagia. Berpindah tepat di seberang jalan rombongan pembawa obor itu, saya memusatkan pandangan pada masjid ramai tak seperti biasanya. Perkumpulan pria usia senja yang berdoa bersama, jauh dari hingar bingar persiapan perayaan kemerdekaan. Tersirat di benak saya bahwa merekalah sebetulnya yang benar-benar merasakan atmosfer kemerdekaan sesungguhnya. Mereka jelas paham betul apa makna merdeka itu, meskipun mereka tak mampu lagi untuk mengikuti lomba balap karung.
Saya masih memperhatikan jalanan di malam minggu ini. Ternyata banyak juga yang tidak memperdulikan makna malam ini. Gurauan beberapa pemuda pemudi di lampu merah, tawanya begitu jelas memecah suara deru kendaraan. Gas ditariknya maksimal. Mereka mengarah ke kedai kopi, rupanya mereka sengaja berkumpul entah apa yang dibicarakan, saya hanya melihat kepulan asap rokok. Saya menghela napas dan kembali menjelajah dan ada pemandangan berbeda, saya mengerutkan dahi, meyakinkan kali ini saya tidak salah lihat. Taman Makam Pahlawan dihiasi karangan bunga. Betapa bekali-kali ingin rasanya berkata pada empunya makam "Tuan, terima kasih apapun yang telah kalian korbankan untuk kami, telah membuahkan hasil, seberapapun signifikansinya. Tuan, lihatlah, anak-anak tak lagi beradu dengan senapan penjajah saat mereka bermain. Andaikan Tuan masih mampu menyaksikan kami, betapa deras air mata bahagia yang menghiasi wajah tulusmu.
Saya kembali pulang. Gardu RT telah gagah berdiri menyambutku. Bendera plastik menjuntai bermeter-meter sejauh mata memandang. Di rumah ketua RT, tepat di depan rumah, beberapa kaum ibu menyerahkan setumpuk bingkisan, sedangkan bapak-bapak menyiapkan perlengkapan lomba. Saya pun membayangkannya esok kan menjadi hari yang penuh suka cita.
Saya memasuki ruang santai, televisi menyiarkan berita korupsi, eksploitasi sumber daya alam berlebihan di mana-mana. Sekejap saya berpikir kembali terlepas dari penting tidaknya acara ini digelar dengan berbagai kemeriahan lomba, pernahkah terlintas "aku sudah berbuat apa untuk negaraku" Negeri telah memberikan kita tempat bernaung, mengais rezeki dari kekayaan bumi. Pernahkah batin berteriak "Apakah aku telah memelihara negaraku, mensucikan merah putih dalam sanubari dengan tak berbuat hal tercela untuk bangsa dan negara?" Bukankah seharusnya kita semestinya menjaga apa yang telah diwariskan, menjaga dan mengoptimalkan potensi dengan bijak sebagai rasa syukur yang nyata? Ya, nyatanya kita butuh pendewasaan lagi untuk betul-betul memaknai kemerdekaan hingga 69 tahun ini.
Dirgahayu Indonesiaku, Jayalah Negeriku!Semoga bangsa ini menjadi bangsa yang lebih cerdas, mandiri, dan kembali berkepribadian Pancasila. Amiiin...ini doa saya di malam tirakatan.
Langganan:
Postingan (Atom)