Seberapa lama akan menatap
selembar kertas putih tanpa ada segores pena pun yang terlihat. Terpaku di
awang-awang keraguan. Hanya untuk menentukan 1 pilihan, kenapa tak
semudah memilih dress pestamu? Urusan hidup ke depan? Bukannya telah dikuatkan
dalam surat An-Nur:32? Bahwa kita boleh memilih siapa saja bahkan hamba sayaha
untuk disandingkan dengan sesempurna apapun. Bukankah pintu rezekimu akan
dibuka di kala ia menukarkan janji dengan tanggung jawab sepenuhnya kepadamu?
Menulis namanya saja begitu mendebarkan jiwa.
Takut pada masa depan. Jika kamu
dengan si A, maka kehormatanmu dijunjung tinggi, jika kamu dengan si B, maka
kesusahan yang kamu dapat. Kenapa berpikir seberat namun sepicik itu? Bukankan
Allah Maha membolakbalikkan? Bukankan kamu tak bisa membaca takdir? Bukankah
hanya takwa yang mampu mengalahkan segalanya? Perlu penilaian kembali atas
kuasa-Nya.
Orang tua yang berbeda sosialnya.
Merinding melihat kilauan berlian di tangan calon mertua A? Tergiur dengan
mobil keluaran terbaru mereka? Atau justru simpati pada upaya calon metua B
untuk bertahan hidup? Semua ada masanya. Kamu belum apa-apa. Untuk memulai
hidup baru sepertinya perlu berkaca diri bahwa lebih indah jika berprinsip
“Inilah aku jika tanpa fasilitas dari mereka, semuanya bermula dari titik 0,
bahwa inilah kehidupan baru yang akan aku jalani hanya berdua saja.” Mereka
akan menyerahkan segala tanggung jawab “memfasilitasimu” kepada si dia. Mau tak
mau semuanya berawal dari sehelai baju yang kamu punya untuk memiliki segalanya
bersama dia. Amiin
Berbeda suku. Si A, kulitnya
kuning rupawan karna dia dari sunda. Si B hitam legam berambut keriting dari
ujung timur sana. Bukannya menarik jika generasimu jadi lebih berwarna? Atau
ada mitos suku A tak boleh dengan suku B. Wah kalau seperti itu bosan juga ya
tidak ada pengembangan suku di keluarga dari buyut sampai cucu.
Sudahlah pasrahkan saja pada
takdirnya, agar tak jadi kalut, beristikharahlah. Pilihan-Nya jauh lebih indah
dari yang lain. Tak perlu risau dengan bisikan orang lain yang mengiris hati.
Mereka tak tahu apa yang sebenarnya terjadi dan hanya kamu yang akan menjalani
suka dukanya. Pelajarilah pada saatnya pilihan itu akan segera mengerucut. Hingga
akhirnya kertas di tanganmu akan tertulis jelas namanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar