Minggu, 28 September 2014

Mengukir namanya



Seberapa lama akan menatap selembar kertas putih tanpa ada segores pena pun yang terlihat. Terpaku di awang-awang  keraguan.  Hanya untuk menentukan 1 pilihan, kenapa tak semudah memilih dress pestamu? Urusan hidup ke depan? Bukannya telah dikuatkan dalam surat An-Nur:32? Bahwa kita boleh memilih siapa saja bahkan hamba sayaha untuk disandingkan dengan sesempurna apapun. Bukankah pintu rezekimu akan dibuka di kala ia menukarkan janji dengan tanggung jawab sepenuhnya kepadamu? Menulis namanya saja begitu mendebarkan jiwa.
Takut pada masa depan. Jika kamu dengan si A, maka kehormatanmu dijunjung tinggi, jika kamu dengan si B, maka kesusahan yang kamu dapat. Kenapa berpikir seberat namun sepicik itu? Bukankan Allah Maha membolakbalikkan? Bukankan kamu tak bisa membaca takdir? Bukankah hanya takwa yang mampu mengalahkan segalanya? Perlu penilaian kembali atas kuasa-Nya.
Orang tua yang berbeda sosialnya. Merinding melihat kilauan berlian di tangan calon mertua A? Tergiur dengan mobil keluaran terbaru mereka? Atau justru simpati pada upaya calon metua B untuk bertahan hidup? Semua ada masanya. Kamu belum apa-apa. Untuk memulai hidup baru sepertinya perlu berkaca diri bahwa lebih indah jika berprinsip “Inilah aku jika tanpa fasilitas dari mereka, semuanya bermula dari titik 0, bahwa inilah kehidupan baru yang akan aku jalani hanya berdua saja.” Mereka akan menyerahkan segala tanggung jawab “memfasilitasimu” kepada si dia. Mau tak mau semuanya berawal dari sehelai baju yang kamu punya untuk memiliki segalanya bersama dia. Amiin
Berbeda suku. Si A, kulitnya kuning rupawan karna dia dari sunda. Si B hitam legam berambut keriting dari ujung timur sana. Bukannya menarik jika generasimu jadi lebih berwarna? Atau ada mitos suku A tak boleh dengan suku B. Wah kalau seperti itu bosan juga ya tidak ada pengembangan suku di keluarga dari buyut sampai cucu.
Sudahlah pasrahkan saja pada takdirnya, agar tak jadi kalut, beristikharahlah. Pilihan-Nya jauh lebih indah dari yang lain. Tak perlu risau dengan bisikan orang lain yang mengiris hati. Mereka tak tahu apa yang sebenarnya terjadi dan hanya kamu yang akan menjalani suka dukanya. Pelajarilah pada saatnya pilihan itu akan segera mengerucut. Hingga akhirnya kertas di tanganmu akan tertulis jelas namanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar