Setahun belakangan saya bekerja di sebuah Rumah Sakit Pemerintah di Kota Tegal, khususnya di bagian Laundry Linen Rumah Sakit sebagai administrator. Semakin hari saya semakin paham betul betapa pentingnya menjaga kualitas dan kuantitas linen pada rumah sakit, meskipun saya hanya mempelajarinya di bangku formal sekitar 1 semester pada pendidikan diploma di Poltekes Kemenkes Semarang jurusan Kesehatan Lingkungan. Dan siapa yang menyangka saya akan terjun ke dunia linen setelah saya menyelesaikan program S1 saya dengan peminatan Epidemiologi. Namun, pada program S1 baik dari SMA maupun D3 seperti saya, tidak diajarkan mengenai linen, dan tak jarang kawan pun bertanya apa itu linen. Okay, saya sedikit share tentang pengolahan linen di rumah sakit.
Pertama yang jadi pertanyaan dalam bahasan utama kali ini, apa itu linen? Linen adalah bahan / kain yang digunakan di rumah sakit untuk kebutuhan
pembungkus kasur, bantal, guling, selimut, baju petugas, baju pasien dan alat instrument steril lainnya. Jenis kain yang banyak digunakan seperti katun jepang, drill, flanel, bahan anti air dan anti bakteri dll. Peran linen sangat penting, jangan anggap remeh, kebayang kan kalau kita dirawat di rumah sakit tanpa sprei dan kawan-kawan? rumah sakit bisa didemo!! Linen juga mampu meningkatkan nilai jual ruangan, tentu saja pemilihan dan perlakuan bahan linen antara kelas 1, 2, 3 vip maupun vvip jelas berbeda.
Jenis linen menurut kontaminasinya ada 2 yaitu linen infeksius dan linen non infeksius. Linen infeksius adalah linen yang terkena cairan tubuh pasien seperti feses, muntahan, darah, dan air seni. Linen non infeksius adalah linen yang tidak terkena cairan tubuh manusia. Menurut nodanya, linen terbagi menjadi 3, linen noda berat, sedang dan ringan.
Pengolahan linen ini harus dilakukan dengan hati-hati, untuk mencegah infeksi nosokomial. Lalu apa itu infeksi nosokomial? Infeksi
adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai
suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama
seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala
selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi
nosokomial. Bisa juga terjadi pada pasien ke pengunjung, pasien ke petugas rumah sakit atau sebaliknya. Infeksi
nosokomial’ adalah infeksi yang terdapat dalam sarana kesehatan. Sebetulnya
rumah sakit memang sumber penyakit! Di negara maju pun, infeksi yang didapat
dalam rumah sakit terjadi dengan angka yang cukup tinggi. Misalnya, di AS, ada
20.000 kematian setiap tahun akibat infeksi nosokomial. Di seluruh dunia, 10
persen pasien rawat inap di rumah sakit mengalami infeksi yang baru selama
dirawat – 1,4 juta infeksi setiap tahun. Di Indonesia, penelitian yang
dilakukan di 11 rumah sakit di DKI Jakarta pada 2004 menunjukkan bahwa 9,8
persen pasien rawat inap mendapat infeksi yang baru selama dirawat
Untuk mencegah infeksi nosokomial (inos) melalui linen, maka harus dilakukan perlakuan tepat dalam proses pengolahan linen. Pengumpulan linen tentunya akan berbeda antara linen infeksius dan linen non infeksius. Biasanya dari ruangan linen non infeksius ditempatkan pada ember berwarna kuning. Sedangkan linen non infeksius ditampung pada ember berwarna hijau/biru untuk dipisahkan seterusnya hingga proses pengangkutan. Jadi perlu diingat bahwa pemisahan linen ini perlu dilakukan sejak dari ruangan. Bukan petugas linen yang harus membongkar ember untuk memilah mana linen infeksius dan non infeksius. Sepele memang, mungkin petugas ruangan memasrahkan semua proses pengolahannya pada laundry, tapi demi meminimalisir risiko, tak apa lah petugas ruangan repot sedikit. Dan untuk terkontrolnya jumlah linen yang diolah, maka mulai dari sini pelu pencatatan ruangan menyerahkan jenis linen kotor apa saja dan jumlahnya berapa.
Pada proses pengangkutan, keamanan petugas tentunya dimulai dari sini, petugas harus memakai Alat Pelindung Diri (APD) yang lengkap seperti topi, masker, sepatu boat, sarung tangan, scort atau celemek. Nah disini lah peran petugas laundry dimulai dengan berbagai upaya menghindari hazard. Proses ini pun membutuhkan alat angkut linen khusus yang tertutup, meminimalisir terjadinya kontak dengan udara luar karena udara merupakan media yang sangat baik untuk penularan penyakit. Jadi mohon dibedakan troli untuk linen kotor dan linen bersihnya.
Setelah "harta karun" ini sampai di ruang laundry, proses selanjutnya adalah penimbangan dan pemilahan. Kalau penimbangan cukup jelas ya tujuannya mengetahui berat linen yang diolah dari tiap ruangan. Pemilahan linen bertujuan untuk memisahkan antara linen noda berat dan noda ringan serta membuang semua sampah yang melekat pada linen seperti kain kasa, jarum, plester, kotoran dll. Ngeri ya...setiap hari petugas laundry berhadapan dengan agent, tentu saja dalam proses ini juga petugas harus memakai APD lengkap.
Proses pemilahan linen
Proses selanjutnya adalah Pre treatment untuk linen infeksius. Karena keterbatasan alat, maka proses ini masih dilakukan dengan cara manual. Linen yang bernoda disikat dengan bantuan cairan penghilang noda sekaligus desinfektan. Cairan ini terasa panas bila kontak dengan kulit namun efektif untuk menghilangkan noda membandel. Jadi APD nya masih harus dipakai ya... Pada proses ini terkadang memerlukan air panas untuk desinfeksi berikutnya.
Setelah itu, linen dicuci. Pada proses inilah linen infeksius yang telah lulus pre treatment dan noninfeksius boleh dipertemukan. Yaaeey!!!Untuk menghemat waktu, karena mesin juga terbatas maka pencucian dilakukan baik dengan cara manual maupun dengan alat mesin cuci.Tahap ini dilakukan tidak jauh beda dengan proses pencucian di rumah dari pemberian deterjen hingga pemberian cairan pewangi pakaian. APD tetap harus melekat pada tubuh petugas. Tempat mesin cuci juga harus bersih dan terhindar dari kontaminasi.
Cerita proses selanjutnya mulai dari pengeringan besok-besok lagi yaaa :))